Tema 1
Subtema 3
Manfaat
lingkungan bagi kehidupan manusia – Manusia hidup di bumi ini tidaklah sendiri melainkan
hidup bersama-sama dengan komponen alam lainnya baik yang biotik (hewan,
tumbuhan) maupun abiotik (batu, pasir). Disadari atau tidak, banyak sekali dari
komponen-komponen alam tesebut yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Misalnya, untuk bernapas manusia menggunakan oksigen, minum
menggunakan air dan sebagainya.
Salah satu contoh komponen abiotik yang berada
di lingkungan adalah tanah. Berikut ini adalah contoh upaya pemanfaatan tanah
liat bagi kehidupan manusia
Gerabah
dari Pulau Madura
Salah
satu warisan karya budaya yang sangat tua, luas persebaranya, dan mampu
bertahan hingga sekarang adalah gerabah, yakni barang pecah belah dari tanah
bakar yang dibuat secara tradisional. Gerabah juga dikenal dengan sebutan
tembikar. Gerabah konon sudah dibuat manusia sejak mereka hidup menetap dan mulai
bercocok tanam beberapa ribu tahun sebelum tahun masehi, dan kini masih kita
dapatkan di seluruh
pelosok
Nusantara, tidak terkecuali di Pulau Madura.
Pada
situs-situs kebudayaan dan purbakala, banyak dijumpai gerabah
atau tembikar yang difungsikan sebagai peralatan
atau perkakas rumah tangga dan untuk
keperluan peribadahan serta penguburan mayat. Gerabah
yang paling sederhana dibuat dan dibentuk hanya menggunakan tangan dengan ciri adonan yang kasar dan bagian-bagian
gerabah tersebut masih dipenuhi oleh
jejak-jejak jari. Selain itu, bentuknya kadang tidak
simetris.
Tidak
terkecuali di Pulau Madura, gerabah dibuat untuk difungsikan
sebagai peralatan sehari-hari masyarakat setempat,
yang dilakukan secara tradisional seperti
apa yang dilakukan oleh para pendahuliunya. Kesamaan
pembuatan gerabah di Madura sekarang ini dengan para pendahulunya adalah proses pembuatan dan bentuknya yang
masih tradisional sama seperti
gerabah-gerabah yang dihasilkan pada zaman terdahulu.
Gerabah-gerabah
yang dihasilkan oleh para pengrajin di Madura adalah gerabah yang dibuat dari
tanah liat yang berwarna kuning dengan pasir halus. Tanah liat hitam dapat juga
dipergunakan tetapi kualitasnya kurang baik.
Beberapa
daerah di Madura menjadi penghasil gerabah, seperti di Mandala Andulyang, Duko
Ru Baru, Yangkatan Kyangean, Baragung, Pademawa, Dalpenyang Pakaporan, dan
Blega Bangkalan. Di antaradaerah-daerah tersebut, yang sangat terkenal adalah
Karang PenangSampang dan Andulang Sumenep. Kedua daerah tersebut memproduksigerabah
dalam bentuk genteng.
Memang
tidak semua daerah di Madura menghasilkan gerabah.Halini disebabkan karena
tidak semua wilayah di Madura memiliki strukturtanah liat yang dijadikan bahan dasar
pembuatan gerabah. Secaraumum, tanah-tanah di Madura mengandung pasir yang
tinggi, karenaPulau Madura dikeliling oleh pantai, sehingga tidak bisa
digunakan untukmembuat gerabah.
Peralatan pengrajin gerabah Madura adalah alat-alat tradisional yang tidak jauh bedanya dengan yang sudah digunakan pada zaman prasejarah. Alat-alat umum adalah cangkul, linggis, ember, dan alat-alat
khusus
seperti berikut.
1.
Panombuk atau penumbuk berupa bulatan bertangkai untuk alat pembentuk
bagian dalam.
2.
Panempa atau penempa untuk pembentuk dan penghalus bagian luar berupa
sekeping papan.
3.
Pangorek atau pengerok, sejenis sabit bermata miring bertangkai
panjang untuk menghaluskan bagian dalam.
4.
Panyabungan, wadah air untuk menetesi gerabah dengan secarik kain agar
mudah dihaluskan.
5.
Pangeled, secarik kain untuk membentuk bibir gerabah.
6.
Pagajakan, sejenis nyiru untuk ayakan pasir.
7.
Pangabuan, tempat abu.
8.
Panompal, alat menyisikan abu dari pembakaran.
9.
Wer-kower, galah berujung kawat lengkung.
10.
Pamatong, sejenis pisau atau kawat pemotong tanah liat.
11.
Pungku, pembakaran gerabah.
Adapun
proses pembuatan gerabah dilakukan dengan tahapantahapan yang harus
dilakukan
secara berurutan. Proses
pembuatan gerabah tersebut sebagai berikut.
1.
Menyiapkan bahan berupa
tanah liat.
2.
Mengaduk tanah liat
dengan dicampur air.
4.
Dengan menggunakan kain pangeled,
bibir atau pinggiran bongkahan dibentuk
sehingga bulat melingkar.
5.
Bila yang dibuat sejenis
periuk, maka ketika pinggiran atau bibir sudah jadi lalu diangin-anginkan. Baru kemudian
membuat bagian perut yang terpisah dengan bibir, kemudian setelah jadi perut
dan bibir disambung dan diperhalus.
6.
Bila yang dibuat
bertelinga atau bertangkai, maka dibuatkan telinga atau tangkai untuk kemudian
ditempelkan atau digabungkan dan diperhalus.
7.
Setelah halus dan
diteliti kesempurnaannya, kemudian dijemur ataudibakar hingga benar-benar
kering.
8.
Langkah terakhir setelah
kering adalah dibersihkan. Namun untuk beberapa daerah ada yang masih
menyempurnakannya dengan cat yang berasal dari lumpur.
Keberadaan
pengrajin gerabah di Madura ini telah banyak memberikan manfaat, baik untuk
pengrajin, pemakai maupun untuk masyarakat umum. Pemakai gerabah Madura
memperoleh banyak keuntungan seperti harga
murah, anti karat, mudah dibersihkan, dan mengurangi polusi. Di samping itu,
juga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Kerajinan gerabahini juga merupakan
salah satu cara melestarikan warisan budaya yang telah
turun menurun. Mengingat manfaat-manfaatnya tersebut, makapelestariannya perlu
mendapat perhatian kita semua. Salah satu caranyadengan menjaga kualitas.
Meski
gerabah masih tetap diproduksi, tetapi dalam perkembangannya dihadapkan pada
produk-produk modern. Produk-produk modern tersebut tidak hanya proses
pembuatannya yang modern, namun juga menggunakan bahan-bahan yang lebih praktis
dan lebih tahan lama, seperti
dari plastik, karet, besi, dan aluminium. Akibatnya, lambat laun menggeser
keberadaan gerabah. Para pengrajin pun juga terancam.
Disarikan dari : www. kebudayaanindonesia.com
Soal :
Tentukan ide
pokok dari setiap paragraf teks Gerabah dari Pulau Madura di atas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar